Dari Pak Bon ke James Bond



TRIO IGI: Ketua IGI Gresik Marjuki bersama Must Prast dan Sukari (kanan) saat peluncuran buku Memoar Guru di Surabaya pada 27 Januari 2013.
Lugas, matang, cepat, dan tuntas. Itulah beberapa karakter yang dimiliki James Bond, agen rahasia Inggris dari Secret Intelligence Service atau dikenal dengan sebutan MI6. Sebutannya adalah agen 007. Tokoh fiksi karangan Ian Flemming ini mampu mendunia karena mengangkat dunia spionase dengan jalan cerita yang kuat dan menarik.
Karakter itu ada pada Sukari Darno, salah satu master trainer bidang ICT Kemendikbud. Ia punya minat sangat tinggi terhadap dunia teknologi informasi. Namun, siapa sangka ia memulainya dari nol, dari ketidaktahuan sama sekali.
Dalam buku Apa Yang Berbeda dari Guru Hebat (Esensi, 2011), Sukari disebutkan menyapa dunia kerja selepas lulus SMA di Jombang sebagai kuli bangunan di Surabaya. Pekerjaan ini tak berlangsung lama. Ia kemudian meniti karir menjadi Pak Bon. Tugas pokoknya adalah membersihkan gedung sekolah di SMP Muhammadiyah Gresik.
Gaji pertamanya Rp 55 ribu dipakai untuk hidup sebulan. Itu pun masih sisa Rp 12 ribu dan akhirnya dibelikan arloji. Selama menjabat sebagai Pak Bon, Sukari dikenal jujur. Kinerjanya baik sehingga ia juga ditarik ke SMA Muhammadiyah 1 Gresik.
Dari situlah ia berkenalan dengan dunia yang sama sekali baru baginya. Yakni, komputer. Ia diperkenankan tidur di sekolah waktu itu. Hal ini disambut gembira oleh Sukari. Tiap malam ia melahap buku-buku koleksi perpustakaan sekolah. Terutama buku komputer.
Belajar secara otodidak, Sukari mulai memberanikan diri praktik mengoperasikan komputer dengan bimbingan salah satu guru. Ia sempat deg-degan saat menghidupkan komputer. Sesuatu banget.
Lama-kelamaan, Pak Bon kian mahir mengoperasikan program komputer. Termasuk Word Star 5.5 dan Lotus 123. Mengetik pun tidak lagi hanya dengan dua jari telunjuk. Tidak lagi tak tuk tak tuk.
Bintang Pak Bon kian terang setelah ia diminta menjadi asisten guru di sekolah tempatnya mengabdi. Kemudian, karirnya meningkat dengan menjadi guru komputer. Dari situ ia memberanikan diri daftar kuliah S-1 di Universitas Muhammadiyah Gresik. Padahal, ia saat itu hanya mengantongi duit Rp 200 ribu. Namun, kegigihannya membuat ia mampu merampungkan pendidikan S-1-nya. Bahkan berlanjut sampai S-2.
Hobi ngoprek program-program aplikasi komputer masih ia lakukan. Puncak prestasinya adalah menjadi kepala sekolah tempat ia kali pertama mengabdi sebagai Pak Bon. Torehan gemilang lainnya adalah pengakuan dari Microsoft Indonesia.
Keberanian, keuletan, kerja keras, kejujuran, dan sikap pantang menyerah itu membuat Sukari disegani. Puncak kesuksesannya berlanjut hingga kini. Saat ini ia tercatat sebagai salah satu master trainer yang diplot Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Sekarang kesibukan pria yang tinggal di Kompleks Perumahan Gresik Kota Baru (GKB), Gresik, tersebut kian bertambah. Ia melatih banyak guru di berbagai daerah di Indonesia dalam bidang ICT.

Sukari Darno (kiri) dan Must Prast dalam peluncuran Sagusata yang dihelat IGI Gresik pada 31 Maret 2013.
Ahad pagi, 31 Maret 2013, misalnya, ia didapuk sebagai salah satu narasumber untuk gerakan satu guru satu tablet (sagusata) yang dicanangkan Ikatan Guru Indonesia (IGI) cabang Gresik. Di situ ia menjelaskan lebih banyak tentang pemanfaatan teknologi yang tersemat pada komputer tablet untuk kepentingan pembelajaran di sekolah.
Pak Bon kini benar-benar sudah berubah. Selain tubuhnya kian tegap (dulu kurus), ia seolah menjelma bak agen rahasia James Bond. Bedanya, ia tidak merahasiakan ilmu dan wawasan yang dimilikinya untuk dibagikan kepada orang lain. Persamaannya, sering dikerubuti guru-guru perempuan. Wah!

Surabaya, 31 Maret 2013
https://mustprast.wordpress.com/2013/03/31/dari-pak-bon-ke-james-bond/#more-2451 
Post a Comment (0)
Previous Post Next Post