Bupati Magetan: Orprof Jangan Saling Meniadakan, Ayo ‘Merawat Cita-Cita’

 

Bupati Magetan menyampaikan kata sambutan. (doc. IGI Magetan)

WartaIGIJatim-Sebagai organisasi profesi (orprof) guru yang profesional, Ikatan Guru Indonesia (IGI) bersanding dan bermitra dengan orprof yang sudah ada. Pesan ini disampaikan oleh Bupati Magetan, Dr. Drs. Suprawoto, S.H., M.Si., dalam Pembukaan Pelantikan dan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) IGI Provinsi Jawa Timur, Sabtu (5/6/2021).

“Jangan saling meniadakan, bekerja sama, sama-sama mendidik masyarakat. Saya mendeklarasikan slogan ‘Merawat Cita-Cita’. Saya ingin guru-guru di Magetan bisa merawat cita-cita anak-anak para generasi bangsa di jenjang apapun baik SD, SMP, SMA, SMK. Kalau sudah anak di SMP mau jadi tentara, ya di SMA dirawat cita-citanya,” pesannya.

Pelantikan PD IGI Kabupaten Magetan. (doc. IGI Magetan)

Dalam kegiatan yang diselenggarakan di Pendopo Surya Graha Magetan itu, ia menyapa Pengurus IGI yang hadir dari seluruh Kabupaten/Kota se-Jawa Timur dengan bahagia. Baginya, ini adalah suatu kehormatan bagi Magetan untuk bisa menjadi tuan rumah kegiatan. Ia ingin memastikan bahwa semua penduduk Jatim tahu bahwa Magetan adalah bagian dari Jawa Timur. Ia menitipkan pengembangan kecakapan guru dan masa depan siswa pada IGI.

“Ketika saya kunjung kerja ke manapun, saya mampir ke sekolah. Saya tanyakan, apa masalahnya? Saya kalau ngangkat Kepala Sekolah itu saya wawancarai sendiri. Karena wong pinter iku uakeh, tapi wong apik titik ning Indonesia. Karena saya ingin menyampaikan visi misi saya dan saya nitip anak-anak Magetan ini dididik yang baik. Logika saya sederhana, saya itu punya anak balita aja panas titik ae tak golekne obat sing apik. Lho sekarang, orang tua nitipkan ke kita untuk dididik. Betapa ini amanah yang berat dari orang tua. Lha nek Kepala Sekolahe ecek-ecek trus piye? Saya ingin memastikan Kepala Sekolah-Kepala Sekolah di Magetan ini berkualitas, titip anak-anak. Lebih baik dapat nilai biasa-biasa saja tapi dengan cara yang baik,” ungkap kepala daerah yang mengutamakan betul pendidikan di Magetan ini.

Dalam acara yang didahului dengan Pelantikan Pengurus Wilayah IGI Provinsi Jawa Timur dan Pengurus Daerah IGI Kabupaten Magetan ini, ia berpesan, anak itu mulai sekolah dibentuk yang baik, dibentuk karakter-karakternya yang baik. Hilangkan kebohongan-kebohongan. Kalau sudah sekolah kemudian diajari hal-hal yang kurang baik, lalu saat besar mau jadi apa. Itulah yang ia selalu ingatkan kepada guru-guru di Magetan. Dalam memimpin Magetan, ia meneladani Sri Sultan Hamengkubuwono IX di Yogyakarta. Jogja seperti sekarang ini karena visi pimpinannya yang sangat luar biasa, yang mengutamakan pendidikan. Sehingga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) paling tinggi. Orang miskin di sana bisa sekolah sampai di perguruan tinggi.

Suasana pelantikan PW IGI Provinsi Jawa Timur. (doc. IGI Magetan)

“Orang miskin itu akan tetap bodoh dan orang bodoh itu akan tetap miskin. Kita bisa begini ini karena kita mendapatkan akses pendidikan. Kita lupa akses pendidikan itu akan memutus rantai kemiskinan dan kebodohan. Karena itu saya utamakan betul pendidikan di Kabupaten Magetan. Saya beruntung dibantu oleh istri saya,” jelasnya.

Baginya, profesi guru itu mulia. Ia beruntung punya istri seorang guru. Ia ingin istrinya berprofesi guru karena minimal putra-putrinya sungkan jika nakal. Namun, ia tak mengizinkan istrinya menjadi Kepala Sekolah sebelum puutranya SMP. Ia yakin, guru yang baik itu, kaki kanannya saja sudah masuk surga. Karena itulah, ia suka agar bisa ikut masuk surga.  

“Saya itu hobi menulis. Saya menulis di Radar Madiun setiap minggu. Saat di pesawat, kalau yang lain utek-utek hp, saya buka laptop atau baca buku. Pedoman saya begini, orang boleh hebat setinggi langit, orang boleh pinter setinggi langit, orang boleh kaya setinggi langit, kalau ia tidak menulis, ia akan hilang dari sejarah. Saya juga menulis bahasa jawa tiga belas tahun tanpa henti di Panyebar Semangat, sampai sekarang. Saya juga menulis textbook. Saya selalu berkelakar begini, Bupati karo guru iku sibuk endi se? Bupatine ae nulis mosok guru ndak nulis. Sedangkan guru itu kan pekerjaannya nulis untuk angka kredit. Maka saya selalu menyemangati guru-guru ayo padha nulis,” ucapnya disambut tepuk tangan hadirin.  

Terima kasih, Magetan! (ria eka lestari)


1 Comments

  1. Senang bisa ada di acara ini. Thanks bu Ria sudah buat catatan acara ini

    ReplyDelete
Post a Comment
Previous Post Next Post