WartaIGIJatim-Sukses
itu dimulai dari komitmen pada diri sendiri. Hal ini disampaikan oleh Hj. Titik
Sudarti Suprawoto, S.Pd., M.Pd. dalam seminar nasional yang disiarkan langsung
dari Pendopo Surya Graha, Kabupaten Magetan, Sabtu (5/6/2021).
“Saya tidak pernah menolak tugas. Apapun saya jalani dengan ikhlas dan gembira. Asal Bapak rida, saya lakukan,” ungkap Bunda Literasi Kabupaten Magetan ini di depan peserta seminar nasional yang dilaksanakan secara blended melalui platform digital Zoom dan siaran langsung Youtube.
Di hadapan kurang lebih 500 peserta dari seluruh Indonesia, perempuan yang juga merupakan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Magetan itu mengajak para guru untuk memantaskan diri lalu berusaha lebih baik dalam menjalankan amanah atau tugas, bahkan mencoba berbagai peluang atau kesempatan apapun di depannya.
“Dulu pelatihan itu tidak seperti sekarang. Pelatihan guru itu dulu selalu saat liburan. Jadi benar-benar terasa mengorbankan waktu. Namun, berkat dukungan suami, saya semangat mengikuti berbagai pelatihan. Bapaknya anak-anak ini selalu mendukung kegiatan saya utamanya untuk kemajuan pendidikan,” jelasnya.
Peraih juara Guru Berprestasi dan Kepala Sekolah Berprestasi ini berbagi pengalaman bagaimana literasi begitu dekat dengan kehidupannya sehari-hari. Literasi bukan hafalan, tetapi hobi baginya sejak kecil. Sejak kelas II SD sudah hobi membaca. Hampir semua buku bacaannya adalah hasil pinjam karena tidak punya uang untuk beli buku. Masa remajanya juga dijalani dengan menulis buku harian, karena masa-masa itu adalah momen ketertarikan anak satu sama lain. Buku harian menjadi sahabat tempat curahan hati bagi seorang anak yang baru menginjak remaja.
“Setelah
menulis buku harian, saya mencoba menulis cerpen dan puisi. Sekarang, saya
masih suka dunia itu. Di PKK, saya bergabung dengan mobil pintarnya Dinas
Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Magetan. Biasanya di alun-alun, anak-anak
saya minta memilih buku, lalu saya mendongeng,” katanya.
Dalam seminar nasional bertema "Sinergi IGI Jatim untuk Indonesia Maju" itu, ia juga memberi contoh budaya literasi di PKK. Salah satunya adalah adanya lomba mendongeng. Buku solo pertama yang ia tulis adalah tentang lesson study. Dilanjutkan buku berikutnya tentang sejarah SMP Negeri 1 Magetan serta curahan hati ketika diuji positif Covid-19 hingga sempat dirawat 21 hari di rumah sakit.
“Saya suka menggalakkan budaya menulis. Setiap sekolah, setiap desa, saya minta menulis sekolah atau desanya masing-masing. Lalu dikompilasi menjadi buku sejarah sekolah atau sejarah desa di Magetan. Para veteran juga saya minta menulis. Saya bacanya terharu. Saya berpesan, menulis itu mudah. Mari kita saling menyemangati dan berkarya bersama,” pintanya.
Mengawali paparannya, perempuan yang tak lain adalah istri Bupati Magetan ini mengungkapkan pencapaian prestasi tertingginya adalah bisa menjadi seorang nenek. Dalam keluarga, ia juga belajar literasi budaya. Bagaimana membiasakan setiap anggota keluarga terbuka dalam kebhinnekaan. Mendapat menantu seorang warga negara Belanda, membuatnya semakin paham makna toleransi dan menghargai budaya lain, tetapi tetap menjunjung tinggi budaya lokal.
Semangat
berliterasi! (ria eka lestari)